Entah bagaimana, oleh siapa dan karena apa aku bisa menuju tempat ini. Ya, tak pernah terbersit dalam pikiranku bisa sampai di tempat ini. Menyusuri jalanan beraspal, yang tak terlalu lebar dan hanya cukup dilalui satu kendaraan roda empat dan itupun tidak bisa berpapasan. Perjalanan kurang lebih selama 3,5 jam dari tempatku sampai sini, negeri di atas awan. Jalan berliku, tanjakan dan turunan seolah menjadi saksi perjalanan. Semua seakan terbayar dengan suguhan pemandangan yang MasyaAllah. Hamparan tanaman tembakau juga semerbak dan hijaunya kebun teh, memanjakan setiap mata yang melintasinya. Tak sedikit muda mudi yang sengaja mendatangi tempat ini meski hanya sekadar ingin berswa foto dengan latar Gunung Sindoro yang angkuh menjulang.
Negeri di atas awan, kedatanganku ke sini bukan tanpa tujuan. Dengan membawa misi "perjalanan ke barat" kumantapkan niat dan kubulatkan tekad. Tanpa saudara tanpa kerabat, dan hanya dengan modal nekat. Berharap mendapat teman baru yang lebih dari sahabat. Selain pemandangan alam yang menakjubkan, ternyata negeri di atas awan juga memiliki orang-orang dengan pribadi yang patut diacungi jempol. Orang-orang yang ramah, terbuka dan low profile, menjadikanku mudah beradaptasi dengan mereka. Datang dengan tujuan yang sama, mencari kebenaran dari sang guru. Seiring intensitas tatap muka, menjadikan kami tidak hanya sekadar teman, keakraban bak sebuah keluarga tanpa KK. Tidak ada jaim-jaiman, ngobrol ngalor ngidul sembari menikmati suguhan teh panas lengkap dengan tempe kemul dan gebleg buatan mak nuk. Sederhana memang, ya sesederhana pertemuan yang tanpa direncanakan.
Perjalanan ke negeri di atas awan, mungkin hanya akan jadi cerita. Cerita yang akan luntur seiring dengan berkurangnya jatah kehidupan. Tapi, tidak untukku. Esok, lusa, bahkan selamanya akan tetap terkenang. Terima kasih sang guru, sahabat, semuanya yang telah mewarnai catatan perjalananku di dunia fana.